Selasa, Juni 24, 2008

KKK = Kalang Kabut Kolokium

Pusingnya meladeni mahasiswa yang kalang-kabut cari ide skripsi. Entah karena semangat, atau bingung, atau putus asa, semua dosen ditanyai tentang ide skripsi. Konsultasikan ide skripsi pun tidak tanggung-tanggung ke semua dosen. Tiap dosen dimintai pendapat tentang ide skripsi dan pengembangannya. Berhubung masing-masing dosen interest-nya berbeda, maka saran-saran pengembangan yang diberikan pun dipengaruhi minatnya. Karena itu tidak heran jika mereka jadi bingung dan bahkan beberapa kali ganti topik skripsi. Ide dari satu dosen dianggap mematahkan ide dari dosen lain, padahal belum tentu mereka bisa mengartikulasikan dengan benar ide yang mungkin baru saja mereka tahu atau dengar.

Berburu topik yang baru dan aneh jadi pilihan bagi beberapa mahasiswa. Bagi yang punya modal pengetahuan akan topik tersebut, proses pengembangan topik dan membuatnya fokus pada rumusan masalah tertentu, beruntung. Namun bagi mereka yang tidak punya modal dan asal topiknya aneh agar diterima di kolokium, macet di pinggir jalan (belum sampai tengah jalan) dan harus berganti topik.

Satu hal, semangat untuk dapat melewati sidang kolokium boleh diacungi jempol, hanya proses yang mereka pilih untuk dijalani itu yang terkesan kalang-kabut. Ketika mereka harus menerjemahkan ide-ide ke dalam tulisan, hasilnya masih tidak karuan: ide latar belakang masih lemah, hubungan antar paragraf tidak jelas, rumusan masalah belum menunjukkan apa yang hendak diteliti.

Untuk menghindari kalang kabut, seharusnya mereka memulai dari diri sendiri. Interest atau minat pribadi sering menjadi modal dasar yang bagus untuk menggali sesuatu lebih dalam. Ide skripsi dapat datang dari mana saja ketika minat ini berperan sebagai pendorong. Seperti halnya saya yang bekerja di perpustakaan, menemukan banyak sekali ide-ide pengembangan perpustakaan baik yang membutuhkan teknologi informasi maupun yang tidak. Jadi situasi sehari-hari mendukung untuk timbulnya ide. Buku, artikel jurnal, atau artikel populer pun dapat menjadi sumber ide. Tentu saja ini sangat bergantung pada budaya membaca mereka. Internet juga sumber ide yang luar biasa, dan yang memerlukan budaya membaca juga.

Ketika sudah mempunyai satu atau beberapa ide, ide tersebut dapat dikonsultasikan kepada dosen yang kira-kira punya minat pada ide tersebut. Ingat, bahwa masing-masing dosen punya interest, sekalipun tidak berarti dilarang untuk mengkonsultasikan ke dosen lain. Silakan melakukan brainstorming dengan beberapa dosen, dan hasil brainstorming tersebut dianalisis untuk menghasilkan topik yang lebih berfokus. Dari melakukan brainstorming dengan beberapa dosen, dapat diketahui dosen mana yang minatnya sejalan dengan topik skripsi. Dengan demikian konsultasi berikutnya lebih berfokus pada dosen yang sejalan dengan minat topik skripsi.

Ingat, seperti halnya kita tidak dapat bekerja dengan perut kosong, hindari konsultasi ke dosen dengan otak kosong. Bawalah ide-ide dan kemungkinan-kemungkinan yang ditemukan sehingga terhindar dari keengganan dosen untuk memberi konsultasi dan terhindar dari kebingungan yang berkepanjangan.

Kalang kabut Kolokium memang besar kemungkinannya untuk terjadi, tapi jangan kalang kabut terus donk.

2 komentar:

Willy Sudiarto Raharjo mengatakan...

gak siang, gak malam selalu ada yang konsultasi.....

udah gitu, habis dikasih ide, besoknya datang dengan ide baru....

ohh... sampai kapann..... :D

menuju internet mengatakan...

hmm benar juga sih saya sebagai kakak angkatan kadang juga sering dapat email untuk ide skripsi. saya ada beberapa ide tapi ga pernah diambil.
selah satunya sistem informasi data kecepatan pelayaan restoran di foodfezt belum ada yang ambil.