Rabu, September 07, 2011

Kena Tipu

Ternyata sering atau lamanya menggunakan search engine di Internet tidak senantiasa sejalan dengan meningkatnya  kekritisan seseorang. Mendapatkan informasi dari Internet memang sudah menjadi hal biasa. Banyak orang percaya bahwa apapun ada di Internet, karena itu sebagian dari mereka mencari informasi di Internet untuk banyak alasan dan kebutuhan. Sayangnya, tidak semua yang cukup menyadari bahwa beragam orang dengan beragam maksud dan tujuan mempublikasikan informasi di Internet. Jika hanya menerima saja apa yang ditemukan tanpa mempertanyakan dan menelaah lanjut siapa yang menulis, apa yang ditulis, dan apa tujuannya membagikan informasi tersebut maka kemungkinan informasi tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya. Kalau informasi itu tidak benar, berarti tertipu.

Siapa orangnya di dunia ini yang rela ditipu? Pasti tidak ada, tapi nyatanya ketika percaya saja apa yang ditulis orang dalam blog, di wikipedia atau di website lain. Apakah sudah menelaah siapa yang menulis,  apa tujuannya, apakah isi selaras dengan sumber informasi lain, bagaimana dengan kekiniannya, dan adakah tautan-tautan yang ada sejalan dengan isi yang disajikan? Kalau hal-hal ini tidak dilakukan atau tidak menjadi kebiasaan maka tertipu menjadi kemungkinan besar.

Ada saja mahasiswa yang masih menggunakan blog personal sebagai sumber informasi untuk artikel akademis tugas kuliahnya. Yang dilihat hanya informasinya yang sesuai dengan yang dicari, tapi tidak melakukan telaah apakah yang ditulis itu bersumber dari sumber teori yang sah atau tidak. Belum lagi tanpa periksa siapa yang menulis, apa profesinya, apakah bidang ilmunya sesuai. Ini bukan hal yang main-main. Informasi yang salah menyebabkan hal yang fatal. Seperti pernah ditemukan materi pembahasan di wikipedia tentang bagian tertentu dari tubuh manusia diulas dengan bahasa yang tampak formal dan akademis, ternyata selidik punya selidik penulisnya atau tepatnya yang memasukkan tulisan tersebut adalah seorang lulusan statistik dan prestasi terbaiknya dalam hal main game. Bayangkan jika mahasiswa prodi kedokteran belajar dari sumber-sumber seperti itu, apa jadinya dokter-dokter kita nanti? Apa jadinya kalau mahasiswa Teologi, calon-calon pendeta, tidak kritis, maka ajaran seperti apa yang akan mereka ajarkan? Kualitas yang sama akan dialami oleh mahasiswa dari program studi atau bidang ilmu apapun.

Garbage in, garbage out. Kalau informasi yang diterima dan digunakan adalah informasi sampah, maka hasilnya pun sampah.


Tidak ada komentar: